
Jakarta, CNBC Indonesia berantakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan pekan lalu menikmati pelemahan. Pelemahan IHSG tersebut ternyata masih belum mempengaruhi perubahan 10 saham berkapitalisasi terbesar alias big cap (kapitalisasi pasar Rp 100 triliun).
Dengan mingguan, pekan lalu IHSG terkoreksi 2% dan ditutup di kelas 5. 239, 85. IHSG sempat mencatatkan penguatan 2 hari berturut-turut pada pekan lalu, tetapi di perdagangan terakhir hari Jumat (4/9/2020) akhirnya IHSG melemah 0, 78%.
Pada penutupan akhir pekan lalu, investor asing mengabulkan aksi jual bersih di semesta pasar mencapai Rp 990 miliar.
Ternyata, IHSG ikut terdampak dari bursa GANDAR (Wall Street) yang terkoreksi dua hari berturut-turut. Bursa AS ditutup melemah pada perdagangan akhir pasar lalu.
Indeks utama Wall Street, sesuai Indeks Nasdaq turun 1, 27% atau 144, 97 poin serta berakhir di posisi 11. 313, 13. Lalu S& P 500 turun 0, 81% atau 28, 1 poin ke level 3. 426, 96. Sementara indeks Dow Jones turun 0, 56% atau 159, 42 poin menjadi 28. 133, 31.
Sentimen pada negeri pada pekan lalu merupakan terkait burden sharing yang rencananya masih akan dilakukan oleh Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) hingga tahun 2022 mendatang.
Burden sharing ini akan tetap dilakukan jika pertumbuhan ekonomi tahun depan tidak tumbuh pada kisaran 4, 5%-5, 5% laksana yang diutarakan oleh Presiden Jokowi kepada jurnalis media asing.
Burden sharing merupakan program di mana BI akan membeli obligasi pemerintah minus bunga alias zero coupon . Program tersebut sudah dilakukan mulai awal Juli lalu.
Pada minggu ini, sentimen negatif bagi rekan finansial juga datang dari efek eskalasi ketegangan antara AS secara China.
Pemerintah AS dilaporkan memikirkan mengenakan pembatasan ekspor untuk Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC), pembuat semikonduktor terbesar di China.
Sedangkan hati dari global lainnya, China mengadukan data neraca dagang yang bisa menunjukkan bagaimana kinerja perekonomian China lebih lanjut pasca pandemi Covid-19.
Melansir data dari Trading Economics, ekspor di bulan Agustus tercatat menyusun 9, 5% year-on-year (YoY), sementara impor turun 2, 1% YoY.
Kemudian neraca perdagangan China pada Agustus turun menjadi $58, 93 miliar dari sebelumnya bulan Juli sejumlah $62, 33 miliar.
Namun, penurunan neraca perdagangan ini tidak sejumlah pada periode Mei dan Juni, di mana saat itu penimbang perdagangan China turun dari $62, 93 pada Mei menjadi $46, 42 pada Juni.
Sementara itu daripada dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa (cadev) Indonesia akhir Agustus 2020 sebesar US$ 137 miliar, naik dibanding kamar sebelumnya yang sebesar US$ 135, 1 miliar.
Cadev Indonesia di dalam Agustus 2020 berhasil mencetak rekor tertinggi dari sebelumnya yang berlaku pada Januari 2018 sebesar US$ 132 miliar.
Dengan cadev yang meningkat ke rekor tertinggi, BI mempunyai lebih banyak amunisi untuk memantapkan rupiah. Sehingga dapat memberikan ketenteraman bagi investor asing untuk berinvestasi. Ini merupakan salah satu hati positif bagi pasar finansial pada dalam negeri.
Mengacu data BEI, hingga akhir pekan lalu mutlak kapitalisasi pasar saham-saham big cap mencapai Rp 2. 834 triliun menguat tipis dari posisi sebelumnya Rp dua. 824 triliun.
Emiten
|
7 September 2020 (Rp T)
|
Emiten
|
31 Agustus 2020 (Rp T)
|
Emiten
|
24 Agustus 2020 (Rp T)
|
BCA/BBCA
|
776
|
BCA/BBCA
|
766
|
BCA/BBCA
|
780
|
Bank BRI/BBRI
|
435
|
Bank BRI/BBRI
|
429
|
Bank BRI/BBRI
|
440
|
Unilever/UNVR
|
320
|
Unilever/UNVR
|
314
|
Unilever/UNVR
|
314
|
Telkom/TLKM
|
286
|
Telkom/TLKM
|
283
|
Telkom/TLKM
|
298
|
Bank Mandiri/BMRI
|
273
|
Bank Mandiri/BMRI
|
275
|
Bank Mandiri/BMRI
|
281
|
Astra/ASII
|
203
|
Astra/ASII
|
206
|
Astra/ASII
|
215
|
Sampoerna/HMSP
|
191
|
Sampoerna/HMSP
|
192
|
Sampoerna/HMSP
|
202
|
Chandra Asri/TPIA
|
123
|
Chandra Asri/TPIA
|
127
|
Chandra Asri/TPIA
|
130
|
Indofood CBP/ICBP
|
120
|
Indofood CBP/ICBP
|
119
|
Indofood CBP/ICBP
|
119
|
Sinarmas/SMMA
|
107
|
Sinarmas/SMMA
|
113
|
Sinarmas/SMMA
|
104
|
Sumber: BEI, bersandarkan data harga saham, Senin (7/9/2020)
Berdasarkan data di atas, rata-rata kapitalisasi rekan bervariasi, terdapat lima saham yang kapitalisasinya naik dan lima bagian kapitalisasinya turun.
Sampai saat ini, belum terjadi perubahan posisi dari pasar ini dengan pekan sebelumnya. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih kokoh di puncak klasemen dengan kapitalisasi pasar Rp 776 triliun, naik Rp 10 triliun.
Namun, kenaikan yang paling signifikan terjadi di saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dengan sama-sama mengalami kenaikan sebesar Rp 6 triliun.
Sementara itu, penurunan kapitalisasi terbesar terjadi di PT Sinarmas Multiartha Tbk (SMMA) yang mendarat Rp 6 triliun menjadi Rp 107 triliun.
Kapitalisasi pasar adalah nilai pasar dari sebuah emiten, pergandaan antara harga saham dengan jumlah saham beredar di pasar, semakin besar nilai market cap emiten maka pengaruh pergerakannya juga luhur terhadap pergerakan IHSG.
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(tas/tas)